Lelaki menjelang empat puluh tahun tersebut
bernama Toyotomi Kanbei. Asisten kepala
divisi regional sebuah perusahaan pemasok
bahan pangan yang memiliki cabang di Bandung.
Shinichi Kudo bertemu dengannya pada saat
menunggu giliran pemotretan perpanjangan
SIM di Jalan Jawa.
Setelah beberapa lama mengobrol mulai dari
cuaca; tinta isi ulang; pengaruh merek
memori komputer terhadap kinerja Windows XP;
factory outlet yang pada mati jalan Otten
dan bertambah marak di jalan Riau; penjual
brownis kukus amanda yang tiba-tiba merebak
di seantero Bandung; variasi harga eceran teh
botol; tentang buku change-nya Rhenald Kasali;
sampai teknik pengendalian hama dan jamur
di gudang-gudang yang dikelola oleh perusahaan
Toyotomi, akhirnya pembicaraan berujung
pada topik rekruitmen karyawan.
Ada sebuah cerita menarik yang diungkapkan
oleh pemakai kacamata silinder tersebut. Dua
tahun yang lalu kantornya memiliki tiga orang
pekerja tidak tetap. Jatah pengangkatan
hanyalah satu orang per semester. Terpaksalah
mereka akan diangkat satu persatu bergiliran.
Setelah beberapa bulan mengamati perilaku
mereka, akhirnya Toyotomi memutuskan urutan
pengangkatan didasarkan pada sikap mereka
terhadap botol aqua gallon di dispenser yang
berada di sudut kantor. Loh kok bisa?
Rupanya Toyotomi beranggapan sikap
mereka terhadap fasilitas air minum tersebut
sedikit banyak mencerminkan perilaku kerja
mereka di masa mendatang.
^_^
Pekerja pertama bila melihat isi botol aqua
gallon habis diam saja. Juga bila dia hendak
minum dan telah membawa gelas untuk diisi air
dari dispenser. Dia memilih membatalkan
niatnya untuk minum dan meninggalkan botol
dalam keadaan kosong.
Pekerja kedua bersikap lain lagi. Bila dia
hendak minum kopi panas dan mendapati botol
aqua dalam keadaan kosong, dia segera
bertindak. Digantinya dengan botol aqua baru.
Setelah menunggu beberapa saat hingga air
menjadi panas, si pekerja menyeduh kopi
panas. Namun perilaku itu tidak terjadi bila dia
tidak hendak minum. Saat lewat di dekat botol
aqua kosong, dia hanya menoleh sejenak.
Kemudian pergi meninggalkannya begitu saja.
Pekerja ketiga bersikap lebih konsisten. Dia
segera mengganti dengan botol aqua baru begitu
mendapati botol aqua dispenser dalam keadaan
kosong. Walaupun dia hanya berjalan di dekat
dispenser dan tidak berniat untuk minum.
Nampaknya anak itu tidak ingin ada pekerja
lain yang ingin buru-buru minum kecewa,
karena harus mengangkat-angkat botol aqua
baru sebelum dapat menuntaskan dahaganya.
“Lebih baik segalanya dipersiapkan sejak dini
sehingga telah tersedia saat dibutuhkan” begitulah
jawabannya saat ditanya alasannya.
^_^
Pastilah Toyotomi memilih pekerja ketiga
sebagai orang yang diangkat semester pertama,
disusul pekerja kedua. Toyotomi tidak
memperpanjang kontrak pekerja pertama. Di
mata Toyotomi sikap mereka terhadap botol
aqua adalah sebuah reality show yang
mengukur tingkat kesigapan mereka
bernama Toyotomi Kanbei. Asisten kepala
divisi regional sebuah perusahaan pemasok
bahan pangan yang memiliki cabang di Bandung.
Shinichi Kudo bertemu dengannya pada saat
menunggu giliran pemotretan perpanjangan
SIM di Jalan Jawa.
Setelah beberapa lama mengobrol mulai dari
cuaca; tinta isi ulang; pengaruh merek
memori komputer terhadap kinerja Windows XP;
factory outlet yang pada mati jalan Otten
dan bertambah marak di jalan Riau; penjual
brownis kukus amanda yang tiba-tiba merebak
di seantero Bandung; variasi harga eceran teh
botol; tentang buku change-nya Rhenald Kasali;
sampai teknik pengendalian hama dan jamur
di gudang-gudang yang dikelola oleh perusahaan
Toyotomi, akhirnya pembicaraan berujung
pada topik rekruitmen karyawan.
Ada sebuah cerita menarik yang diungkapkan
oleh pemakai kacamata silinder tersebut. Dua
tahun yang lalu kantornya memiliki tiga orang
pekerja tidak tetap. Jatah pengangkatan
hanyalah satu orang per semester. Terpaksalah
mereka akan diangkat satu persatu bergiliran.
Setelah beberapa bulan mengamati perilaku
mereka, akhirnya Toyotomi memutuskan urutan
pengangkatan didasarkan pada sikap mereka
terhadap botol aqua gallon di dispenser yang
berada di sudut kantor. Loh kok bisa?
Rupanya Toyotomi beranggapan sikap
mereka terhadap fasilitas air minum tersebut
sedikit banyak mencerminkan perilaku kerja
mereka di masa mendatang.
^_^
Pekerja pertama bila melihat isi botol aqua
gallon habis diam saja. Juga bila dia hendak
minum dan telah membawa gelas untuk diisi air
dari dispenser. Dia memilih membatalkan
niatnya untuk minum dan meninggalkan botol
dalam keadaan kosong.
Pekerja kedua bersikap lain lagi. Bila dia
hendak minum kopi panas dan mendapati botol
aqua dalam keadaan kosong, dia segera
bertindak. Digantinya dengan botol aqua baru.
Setelah menunggu beberapa saat hingga air
menjadi panas, si pekerja menyeduh kopi
panas. Namun perilaku itu tidak terjadi bila dia
tidak hendak minum. Saat lewat di dekat botol
aqua kosong, dia hanya menoleh sejenak.
Kemudian pergi meninggalkannya begitu saja.
Pekerja ketiga bersikap lebih konsisten. Dia
segera mengganti dengan botol aqua baru begitu
mendapati botol aqua dispenser dalam keadaan
kosong. Walaupun dia hanya berjalan di dekat
dispenser dan tidak berniat untuk minum.
Nampaknya anak itu tidak ingin ada pekerja
lain yang ingin buru-buru minum kecewa,
karena harus mengangkat-angkat botol aqua
baru sebelum dapat menuntaskan dahaganya.
“Lebih baik segalanya dipersiapkan sejak dini
sehingga telah tersedia saat dibutuhkan” begitulah
jawabannya saat ditanya alasannya.
^_^
Pastilah Toyotomi memilih pekerja ketiga
sebagai orang yang diangkat semester pertama,
disusul pekerja kedua. Toyotomi tidak
memperpanjang kontrak pekerja pertama. Di
mata Toyotomi sikap mereka terhadap botol
aqua adalah sebuah reality show yang
mengukur tingkat kesigapan mereka
dalam menyelesaikan sebuah masalah (nl).
0 comments:
¿Te animas a decir algo?