Sore itu ketika Shinichi Kudo membantu menata kursi-kursi untuk sebuah acara di rumah tetangganya--- tiba-tiba tubuhnya tersentak. Terasa ada hentakan arus listrik saat tangannya menyentuh tiang besi penyangga tenda. Hentakan itu kembali terasa saat Shinichi mencoba menyentuh kembali tiang tersebut.
“Wah tiangnya ada setrumnya” teriak Shinichi.
Seorang temannya kaget, kemudian mencoba menyentuh tiang tersebut.
“Nggak, nggak ada setrumnya” katanya seraya tertawa.
Beberapa temannya yang lain ikut-ikutan menyentuh tiang-tiang besi tersebut, dan tidak ada yang merasakan aliran listrik. Tentu saja Shinichi penasaran. Diulurkan tangannya untuk memegang tiang---namun karena seorang temannya berada di dekat tiang---- tangan Shinichi terlebih menyentuh pundaknya.“Brrttttt......” terasa sentakan listrik dari tubuh temannya. Shinichi terkejut. Rupanya aliran listrik dari tiang telah menjalar ke tubuh orang itu.
“Wah, kamu juga nyetrum” teriak Shinichi sambil melihat temannya yang balik memandang Shinichi dengan terheran-heran.
Untunglah beberapa saat kemudian datang putri pemilik rumah, dan mbak pemilik katering yang juga merasakan adanya adanya aliran listrik di tiang-tiang tenda. Rupanya listrik tersebut berasal dari induksi lampu-lampu yang dipasang pada tenda. Akhirnya diputuskan untuk memeriksa kembali kelayakan body lampu-lampu yang baru saja dipasang.
^_^
Peristiwa sore itu menunjukkan pada Shinichi bahwa ambang batas tiap orang untuk dapat merasakan aliran listrik tidak sama. Segera saja Shinichi menganalogikan dengan hal-hal lain. Ambang batas dirinya untuk rasa pedas juga rendah. Hal itu menjelaskan mengapa dirinya megap-megap saat makan makanan yang benar-benar pedas. Juga menjelaskan mengapa sewaktu kecil Shinichi tak pernah mau minum jamu --- yang benar-benar terasa amat pahit dilidahnya. Demikian juga dengan sejumlah sayur dan buah-buahan yang tidak disukainya karena baunya. Shinichi tidak suka durian dan nangka karena aromanya sangat keras. Bahkan bau pisang yang belum dimasak juga menghalangi seleranya. Hanya setelah pisang digoreng, dibakar atau direbus yang sanggup membuat lidahnya bergoyang. Barangkali jika dirunut lebih lanjut---perbedaan ambang batas tersebut adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan sifat-sifat manusia.
Beberapa temannya yang lain ikut-ikutan menyentuh tiang-tiang besi tersebut, dan tidak ada yang merasakan aliran listrik. Tentu saja Shinichi penasaran. Diulurkan tangannya untuk memegang tiang---namun karena seorang temannya berada di dekat tiang---- tangan Shinichi terlebih menyentuh pundaknya.“Brrttttt......” terasa sentakan listrik dari tubuh temannya. Shinichi terkejut. Rupanya aliran listrik dari tiang telah menjalar ke tubuh orang itu.
“Wah, kamu juga nyetrum” teriak Shinichi sambil melihat temannya yang balik memandang Shinichi dengan terheran-heran.
Untunglah beberapa saat kemudian datang putri pemilik rumah, dan mbak pemilik katering yang juga merasakan adanya adanya aliran listrik di tiang-tiang tenda. Rupanya listrik tersebut berasal dari induksi lampu-lampu yang dipasang pada tenda. Akhirnya diputuskan untuk memeriksa kembali kelayakan body lampu-lampu yang baru saja dipasang.
^_^
Peristiwa sore itu menunjukkan pada Shinichi bahwa ambang batas tiap orang untuk dapat merasakan aliran listrik tidak sama. Segera saja Shinichi menganalogikan dengan hal-hal lain. Ambang batas dirinya untuk rasa pedas juga rendah. Hal itu menjelaskan mengapa dirinya megap-megap saat makan makanan yang benar-benar pedas. Juga menjelaskan mengapa sewaktu kecil Shinichi tak pernah mau minum jamu --- yang benar-benar terasa amat pahit dilidahnya. Demikian juga dengan sejumlah sayur dan buah-buahan yang tidak disukainya karena baunya. Shinichi tidak suka durian dan nangka karena aromanya sangat keras. Bahkan bau pisang yang belum dimasak juga menghalangi seleranya. Hanya setelah pisang digoreng, dibakar atau direbus yang sanggup membuat lidahnya bergoyang. Barangkali jika dirunut lebih lanjut---perbedaan ambang batas tersebut adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan sifat-sifat manusia.
0 comments:
¿Te animas a decir algo?