Sebenarnya mereka bisa belajar berkompromi. Belajar menerima kenyataan adanya unsur politis yang harus diadaptasi untuk memenangkan ide-ide mereka yang cemerlang.
Mendidih rasanya darah Setromino si teknisi muda saat mengetahui usulannya memasang satu recorder untuk setiap 8 mesin ditolak manajemen. Justru usulan seorang dari seorang manajer senior dari bagian lain untuk memasang recorder pada setiap mesin yang diterima. Padahal setiap recorder memiliki 8 channel sensor yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk merekam aktifitas 8 mesin sekaligus. Hasil recording tetap dibedakan pada kertas recorder karena recorder tersebut mampu menulis dengan 8 warna. Jadi tak ada masalah dengan pembacaan hasil perekaman. Perusahaan bisa menghemat biaya pembelian recorder, dan dalam jangka panjang akan menghemat pengeluaran biaya untuk membeli kertas recorder.
Benar-benar keputusan bodoh. Tak masuk akal, gerutu Setromino. Mengapa manajemen justru memilih pilihan yang boros, bukan usulannya yang cemerlang. Siapa sih yang tak kenal Setromino semasa kuliah. Bintang kelas cemerlang, tak pernas lepas dari peringkat atas, dan pendapat-pendapatnya selalu didengar oleh dosen-dosen. Usulan-usulan Setromino-pun sampai sekarang masih tetap cemerlang, namun sayangnya seringkali diabaikan oleh manajemen.
^_^
Mengapa usulan Setromino diabaikan? Jawabannya sangat terang benderang.! Karena di dunia kerja sering melekat aspek politik pada setiap keputusan. Sang teknisi junior belum menyadari itu. Setromino tak pernah berusaha menegosiasikan dan mengkompromikan usulannya. Beberapa manajer, termasuk si manajer senior tidak menyukai usulan 1 recorder untuk 8 mesin, karena bila suatu saat recorder mengalami kerusakan berarti ke-8 mesin sekaligus tidak memiliki recorder. Hal itu akan menyulitkan mereka karena harus membuat laporan deviasi untuk 8 mesin.
Seandainya Setromino menegosiasikan usulannya menjadi 1 recorder untuk 2 mesin mungkin usulannya diterima. Bila saja Setromino mampu meyakinkan si manajer senior untuk tidak perlu mengkhawatirkan kerusakan recorder dengan menyiapkan recorder cadangan, mungkin usulannya yang digunakan. Sayangnya Setromino terlalu kukuh 100 % harus pure menggunakan usulannya, dan tak pernah terpikir untuk menegosiasikannya.
^_^
Si otak cemerlang sepertinya harus sering menelan kemarahan. Di dalam artikel berjudul Managing Away Bad Habits., James Waldroop dan Timothy Butler *) menyebut orang seperti Setromino sebagai MERITOCRAT. Seorang Setromino yakin bahwa di dunia ini ide-ide terbaik dengan sendirinya akan menang karena kualitasnya yang unggul. Seorang Meritokrat yang biasanya adalah orang yang sangat cerdas dan sangat giat bekerja. Sebenarnya mereka bisa belajar berkompromi dan menerima kenyataan adanya unsur politis yang akan mempengaruhi kemenangan ide-ide mereka yang cemerlang.
*) Managing Away Bad Habits., James Waldroop dan Timothy Butler dalam buku berlabel Managing Oneself, A Usmara (editor), Amara Books 2003
.
Mendidih rasanya darah Setromino si teknisi muda saat mengetahui usulannya memasang satu recorder untuk setiap 8 mesin ditolak manajemen. Justru usulan seorang dari seorang manajer senior dari bagian lain untuk memasang recorder pada setiap mesin yang diterima. Padahal setiap recorder memiliki 8 channel sensor yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk merekam aktifitas 8 mesin sekaligus. Hasil recording tetap dibedakan pada kertas recorder karena recorder tersebut mampu menulis dengan 8 warna. Jadi tak ada masalah dengan pembacaan hasil perekaman. Perusahaan bisa menghemat biaya pembelian recorder, dan dalam jangka panjang akan menghemat pengeluaran biaya untuk membeli kertas recorder.
Benar-benar keputusan bodoh. Tak masuk akal, gerutu Setromino. Mengapa manajemen justru memilih pilihan yang boros, bukan usulannya yang cemerlang. Siapa sih yang tak kenal Setromino semasa kuliah. Bintang kelas cemerlang, tak pernas lepas dari peringkat atas, dan pendapat-pendapatnya selalu didengar oleh dosen-dosen. Usulan-usulan Setromino-pun sampai sekarang masih tetap cemerlang, namun sayangnya seringkali diabaikan oleh manajemen.
^_^
Mengapa usulan Setromino diabaikan? Jawabannya sangat terang benderang.! Karena di dunia kerja sering melekat aspek politik pada setiap keputusan. Sang teknisi junior belum menyadari itu. Setromino tak pernah berusaha menegosiasikan dan mengkompromikan usulannya. Beberapa manajer, termasuk si manajer senior tidak menyukai usulan 1 recorder untuk 8 mesin, karena bila suatu saat recorder mengalami kerusakan berarti ke-8 mesin sekaligus tidak memiliki recorder. Hal itu akan menyulitkan mereka karena harus membuat laporan deviasi untuk 8 mesin.
Seandainya Setromino menegosiasikan usulannya menjadi 1 recorder untuk 2 mesin mungkin usulannya diterima. Bila saja Setromino mampu meyakinkan si manajer senior untuk tidak perlu mengkhawatirkan kerusakan recorder dengan menyiapkan recorder cadangan, mungkin usulannya yang digunakan. Sayangnya Setromino terlalu kukuh 100 % harus pure menggunakan usulannya, dan tak pernah terpikir untuk menegosiasikannya.
^_^
Si otak cemerlang sepertinya harus sering menelan kemarahan. Di dalam artikel berjudul Managing Away Bad Habits., James Waldroop dan Timothy Butler *) menyebut orang seperti Setromino sebagai MERITOCRAT. Seorang Setromino yakin bahwa di dunia ini ide-ide terbaik dengan sendirinya akan menang karena kualitasnya yang unggul. Seorang Meritokrat yang biasanya adalah orang yang sangat cerdas dan sangat giat bekerja. Sebenarnya mereka bisa belajar berkompromi dan menerima kenyataan adanya unsur politis yang akan mempengaruhi kemenangan ide-ide mereka yang cemerlang.
*) Managing Away Bad Habits., James Waldroop dan Timothy Butler dalam buku berlabel Managing Oneself, A Usmara (editor), Amara Books 2003
.
0 comments:
¿Te animas a decir algo?