SERI(2) OBROLAN DI BAWAH PURNAMA
Artinya bila pun mendapat boss yang lebih suka menghakimi hasil pekerjaan anak buahnya — bukan masalah besar buat mereka. Karena mereka tahu bahwa fungsi supervisi itu dapat dilakukan oleh diri mereka sendiri; demikian juga dengan pelatihan, bisa mereka dapatkan dengan belajar dari buku ataupun dari para kolega senior.
^_^
Shinichi Kudo yang mulai merasakan kelelahan akibat terus menerus duduk -- kegirangan ketika bis memasuki halaman parkir sebuah rumah makan untuk beristirahat. Hampir semua penumpang turun untuk makan atau sekedar melepas penat, termasuk Shinichi dan Haibara. Keduanya menikmati sajian wedang sekoteng sambil duduk di emperan rumah makan--memandang langit hitam berhias --bulan purnama penuh-- berwarna kemerahan.
“Baru kusadari, begitulah seharusnya seorang Supervisor” kata Haibara menyambung fungsi supervisi yang dilakukannya. Bukan datang untuk memadamkan api dan menghakimi kesalahan anak buah-nya. Seharusnya dia memandu sepanjang jalan, mengingatkan jika anak buahnya lupa mengerjakan tugas dan memberitahu cara mengerjakan tugas dengan benar.
Bukan marah-marah diakhir bulan saat pekerjaan tidak beres atau bahkan mengadili pekerjaan yang salah. Seharusnya dia layaknya seorang guru yang setiap hari mengajar, memberi pekerjaan rumah untuk latihan dan mengoreksi bila murid salah, mengingatkan bila mereka malas. Sesudah semua itu dikerjakan barulah dia boleh menuntut murid-muridnya mampu mengerjakan soal-soal ujian semester dengan benar.
“Apakah hukum itu berlaku juga bagi atasan kita?” dengan spontan sebuah pertanyaan muncul dari mulut Shinichi.
Haibara tertawa mendengar pertanyaan tersebut. Sebaliknya Shinichi tersenyum kecut, karena arah pertanyaannya terbaca. Rupanya Haibara cukup cerdik untuk menangkap bahwa pertanyaan itu bila dinyatakan dengan vulgar akan berbunyi :
“Apakah atasanku adalah orang yang paling bertanggung-jawab bila terjadi ketidakberesan pada pekerjaanku”.
Setelah berhenti tertawa, Haibara menatap Shinichi sejenak, kemudian memamerkan senyumnya yang menawan seraya mengatakan bahwa Shinichi pasti telah tahu jawaban pertanyaan tersebut.
^_^
Kini sadarlah Shinichi bahwa gadis di sampingnya adalah seorang “Coveyan” juga. Sebutan untuk orang-orang yang digambarkan oleh Stephen Covey sebagai manusia yang bertanggung jawab terhadap nasib dirinya. Tak ada kamus sibuk menyalahkan orang lain. Pada intinya mereka fokus pada hal-hal yang bisa dikerjakan dan tak memusingkan hal-hal yang tak bisa diubah.
Artinya bila pun mendapat boss yang lebih suka menghakimi hasil pekerjaan anak buahnya — bukan masalah besar buat mereka. Karena mereka tahu bahwa fungsi supervisi itu dapat dilakukan oleh diri mereka sendiri; demikian juga dengan pelatihan, bisa mereka dapatkan dengan belajar dari buku ataupun dari para kolega senior. Toh jauh lebih sulit merubah sifat seorang boss -- dibanding menjadikan diri mereka seorang Self Starter-- seseorang yang dapat bergerak maju tanpa butuh bimbingan dan dorongan dari seorang atasan. (kalimantan 5 bandung)
SERI (1) SEGITIGA HAIBARA
Di Bis yang membawanya pulang ke kampung halaman-- Shinichi Kudo mulai mengenal Haibara. Kesan pertama orangnya simpel dan efisien karena hanya membawa ransel kecil-- tanpa bekal makanan dan minuman. Perbincangan sepanjang perjalanan membawa Shinichi berkelana ke “Dunia Haibara”. Gadis berambut lebat itu sudah satu setengah tahun bekerja di bagian billing sebuah perusahaan telekomunikasi. Lulusan akuntansi sebuah universitas besar tersebut bekerja dengan dibantu 8 orang teman, dus sebagai Supervisor dia bertanggung jawab terhadap hasil kerja di bagiannya.
Setelah hampir dua jam Shinichi bercerita tentang pekerjaannya sebagai “Koboi di peternakan bakteri”, tibalah giliran Haibara bercerita tentang dirinya. Setahun silam bisa pulang ke kota kelahiran pada saat long weekend hanyalah sebuah impian. Pekerjaan hari kemarin yang menumpuk, ditambah lagi pekerjaan baru yang harus segera diselesaikan membuat Haibara selalu megap-megap. Apalagi setelah Bos-nya ditarik ke kantor pusat, semua pekerjaan beralih ke Haibara dan akibatnya dia tak punya waktu selain untuk kegiatan rutin. Hari-hari yang dilaluinya hanyalah tenggelam dalam pekerjaan yang seolah tak ada habisnya.
^_^
“Namun itu cerita masa lalu” kata Haibara sambil tertawa renyah. Tawa renyah dan keceriaan khas orang-orang sanguinis--membuat perjalanan malam itu berubah jadi “sebuah perjalanan piknik yang seru” bagi Shinichi. Genap setahun keteteran dalam bekerja, Haibara mulai melakukan inspeksi diri. Dikunjunginya toko buku dan mulailah browsing buku-buku manajemen. Kemudian ditemukannya sebuah kosa kata “Delegasi”. Nah, mulai saat itu Haibara mencoba mendelegasikan sejumlah pekerjaan rutin pada teman- temannya. Sebulan pertama pekerjaan terasa berkurang. Namun kemudian justru menumpuk di penghujung bulan. Banyak kesalahan pada pekerjaan yang dialihkan pada teman-temannya. Terpaksa berhari-hari dia hanya tidur 2 - 3 jam agar dapat secepatnya mengoreksi pekerjaan yang telah dikejar tenggat waktu.
Pengalaman pahit yang membuat Haibara kembali melakukan perburuan di toko buku dan membuka kembali buku-buku kuliahnya Akhirnya dia menemukan jawabannya, yaitu porsi pelatihan yang kurang. Mulailah setiap pagi menjelang bekerja-- Haibara mendisiplinkan diri untuk menyediakan waktu-- melatih teman-temannya. Bulan-bulan berikutnya hasilnya mulai terasa. Sedikit demi sedikit kesalahan kerja mulai berkurang dan beban kerja Haibara pun tak seberat dulu lagi. Mulai tersedia waktu luang untuk mengerjakan lebih dari sekedar pekerjaan rutin. Sayangnya masih ada masalah yang mengganjal, yaitu setiap akhir bulan ada saja pekerjaan yang bolong-bolong, kesalahan di sana sini yang membuat Haibara kelabakan dalam membuat review akhir.
Kali ini Haibara secara khusus mendatangi perpustakaan besar milik program magister manajemen sebuah universitas yang terletak di pusat kota, untuk mencari jawaban atas masalahnya. Sampai ditemukannya belasan buku yang berbicara tentang supervisi. Sama persis dengan nama jabatannya : Supervisor. Rupanya aktifitas kunci yang selama ini terlewatkan oleh Haibara adalah “Supervisi Intensif” pada teman-temannya. Yang biasa dilakukannya hanyalah supervisi di akhir bulan, yang kadangkala berubah menjadi “Pengadilan” atas hasil kerja teman-temannya. Padahal kesalahan yang terjadi sebenarnya dapat cepat terdeteksi dan diperbaiki andaisaja Haibara rajin melakukan supervisi.
^_^
“Pelatihan-Delegasi-Supervisi adalah tiga rahasia terbesar yang berhasil kutemukan dalam satu setengah tahun masa kerjaku” kata Haibara dengan riang. “Resep rahasia yang sebenarnya telah tersedia di rak-rak toko buku dan perpustakaan di sekitar kita” tambahnya sambil memutar-mutar bola matanya yang legam seolah ingin memberi tekanan bahwa informasi itu begitu dekat. Menurut Haibara waktu luang untuk melakukan langkah-langkah memajukan bagiannya, kesempatan mengembangkan diri, serta para pekerja yang dapat diandalkan adalah manfaat yang dipetik dari penerapan tiga resep yang malam itu dibagikan dengan senang hati pada Shinichi (kalimantan 5 bandung).
Shinichi Kudo yang mulai merasakan kelelahan akibat terus menerus duduk -- kegirangan ketika bis memasuki halaman parkir sebuah rumah makan untuk beristirahat. Hampir semua penumpang turun untuk makan atau sekedar melepas penat, termasuk Shinichi dan Haibara. Keduanya menikmati sajian wedang sekoteng sambil duduk di emperan rumah makan--memandang langit hitam berhias --bulan purnama penuh-- berwarna kemerahan.
“Baru kusadari, begitulah seharusnya seorang Supervisor” kata Haibara menyambung fungsi supervisi yang dilakukannya. Bukan datang untuk memadamkan api dan menghakimi kesalahan anak buah-nya. Seharusnya dia memandu sepanjang jalan, mengingatkan jika anak buahnya lupa mengerjakan tugas dan memberitahu cara mengerjakan tugas dengan benar.
Bukan marah-marah diakhir bulan saat pekerjaan tidak beres atau bahkan mengadili pekerjaan yang salah. Seharusnya dia layaknya seorang guru yang setiap hari mengajar, memberi pekerjaan rumah untuk latihan dan mengoreksi bila murid salah, mengingatkan bila mereka malas. Sesudah semua itu dikerjakan barulah dia boleh menuntut murid-muridnya mampu mengerjakan soal-soal ujian semester dengan benar.
“Apakah hukum itu berlaku juga bagi atasan kita?” dengan spontan sebuah pertanyaan muncul dari mulut Shinichi.
Haibara tertawa mendengar pertanyaan tersebut. Sebaliknya Shinichi tersenyum kecut, karena arah pertanyaannya terbaca. Rupanya Haibara cukup cerdik untuk menangkap bahwa pertanyaan itu bila dinyatakan dengan vulgar akan berbunyi :
“Apakah atasanku adalah orang yang paling bertanggung-jawab bila terjadi ketidakberesan pada pekerjaanku”.
Setelah berhenti tertawa, Haibara menatap Shinichi sejenak, kemudian memamerkan senyumnya yang menawan seraya mengatakan bahwa Shinichi pasti telah tahu jawaban pertanyaan tersebut.
^_^
Kini sadarlah Shinichi bahwa gadis di sampingnya adalah seorang “Coveyan” juga. Sebutan untuk orang-orang yang digambarkan oleh Stephen Covey sebagai manusia yang bertanggung jawab terhadap nasib dirinya. Tak ada kamus sibuk menyalahkan orang lain. Pada intinya mereka fokus pada hal-hal yang bisa dikerjakan dan tak memusingkan hal-hal yang tak bisa diubah.
Artinya bila pun mendapat boss yang lebih suka menghakimi hasil pekerjaan anak buahnya — bukan masalah besar buat mereka. Karena mereka tahu bahwa fungsi supervisi itu dapat dilakukan oleh diri mereka sendiri; demikian juga dengan pelatihan, bisa mereka dapatkan dengan belajar dari buku ataupun dari para kolega senior. Toh jauh lebih sulit merubah sifat seorang boss -- dibanding menjadikan diri mereka seorang Self Starter-- seseorang yang dapat bergerak maju tanpa butuh bimbingan dan dorongan dari seorang atasan. (kalimantan 5 bandung)
SERI (1) SEGITIGA HAIBARA
Di Bis yang membawanya pulang ke kampung halaman-- Shinichi Kudo mulai mengenal Haibara. Kesan pertama orangnya simpel dan efisien karena hanya membawa ransel kecil-- tanpa bekal makanan dan minuman. Perbincangan sepanjang perjalanan membawa Shinichi berkelana ke “Dunia Haibara”. Gadis berambut lebat itu sudah satu setengah tahun bekerja di bagian billing sebuah perusahaan telekomunikasi. Lulusan akuntansi sebuah universitas besar tersebut bekerja dengan dibantu 8 orang teman, dus sebagai Supervisor dia bertanggung jawab terhadap hasil kerja di bagiannya.
Setelah hampir dua jam Shinichi bercerita tentang pekerjaannya sebagai “Koboi di peternakan bakteri”, tibalah giliran Haibara bercerita tentang dirinya. Setahun silam bisa pulang ke kota kelahiran pada saat long weekend hanyalah sebuah impian. Pekerjaan hari kemarin yang menumpuk, ditambah lagi pekerjaan baru yang harus segera diselesaikan membuat Haibara selalu megap-megap. Apalagi setelah Bos-nya ditarik ke kantor pusat, semua pekerjaan beralih ke Haibara dan akibatnya dia tak punya waktu selain untuk kegiatan rutin. Hari-hari yang dilaluinya hanyalah tenggelam dalam pekerjaan yang seolah tak ada habisnya.
^_^
“Namun itu cerita masa lalu” kata Haibara sambil tertawa renyah. Tawa renyah dan keceriaan khas orang-orang sanguinis--membuat perjalanan malam itu berubah jadi “sebuah perjalanan piknik yang seru” bagi Shinichi. Genap setahun keteteran dalam bekerja, Haibara mulai melakukan inspeksi diri. Dikunjunginya toko buku dan mulailah browsing buku-buku manajemen. Kemudian ditemukannya sebuah kosa kata “Delegasi”. Nah, mulai saat itu Haibara mencoba mendelegasikan sejumlah pekerjaan rutin pada teman- temannya. Sebulan pertama pekerjaan terasa berkurang. Namun kemudian justru menumpuk di penghujung bulan. Banyak kesalahan pada pekerjaan yang dialihkan pada teman-temannya. Terpaksa berhari-hari dia hanya tidur 2 - 3 jam agar dapat secepatnya mengoreksi pekerjaan yang telah dikejar tenggat waktu.
Pengalaman pahit yang membuat Haibara kembali melakukan perburuan di toko buku dan membuka kembali buku-buku kuliahnya Akhirnya dia menemukan jawabannya, yaitu porsi pelatihan yang kurang. Mulailah setiap pagi menjelang bekerja-- Haibara mendisiplinkan diri untuk menyediakan waktu-- melatih teman-temannya. Bulan-bulan berikutnya hasilnya mulai terasa. Sedikit demi sedikit kesalahan kerja mulai berkurang dan beban kerja Haibara pun tak seberat dulu lagi. Mulai tersedia waktu luang untuk mengerjakan lebih dari sekedar pekerjaan rutin. Sayangnya masih ada masalah yang mengganjal, yaitu setiap akhir bulan ada saja pekerjaan yang bolong-bolong, kesalahan di sana sini yang membuat Haibara kelabakan dalam membuat review akhir.
Kali ini Haibara secara khusus mendatangi perpustakaan besar milik program magister manajemen sebuah universitas yang terletak di pusat kota, untuk mencari jawaban atas masalahnya. Sampai ditemukannya belasan buku yang berbicara tentang supervisi. Sama persis dengan nama jabatannya : Supervisor. Rupanya aktifitas kunci yang selama ini terlewatkan oleh Haibara adalah “Supervisi Intensif” pada teman-temannya. Yang biasa dilakukannya hanyalah supervisi di akhir bulan, yang kadangkala berubah menjadi “Pengadilan” atas hasil kerja teman-temannya. Padahal kesalahan yang terjadi sebenarnya dapat cepat terdeteksi dan diperbaiki andaisaja Haibara rajin melakukan supervisi.
^_^
“Pelatihan-Delegasi-Supervisi adalah tiga rahasia terbesar yang berhasil kutemukan dalam satu setengah tahun masa kerjaku” kata Haibara dengan riang. “Resep rahasia yang sebenarnya telah tersedia di rak-rak toko buku dan perpustakaan di sekitar kita” tambahnya sambil memutar-mutar bola matanya yang legam seolah ingin memberi tekanan bahwa informasi itu begitu dekat. Menurut Haibara waktu luang untuk melakukan langkah-langkah memajukan bagiannya, kesempatan mengembangkan diri, serta para pekerja yang dapat diandalkan adalah manfaat yang dipetik dari penerapan tiga resep yang malam itu dibagikan dengan senang hati pada Shinichi (kalimantan 5 bandung).
0 comments:
¿Te animas a decir algo?