Manusia dalam mencari-cari kebenaran & kebahagiaan sering menemui fatamorgana. Setelah mencapai kebahagiaan yang dia cari, ternyata kebahagiaannya berakhir saat dia menemukannya dan dia harus mencari kebahagiaan yang baru. Hal itu tampak nyata pada orang yang mencari kebahagiaan dari materi.
Manusia yang mencari kebahagiaan dari materi dengan mengorbankan segalanya -- setelah memiliki benda-benda yang diinginkannya ternyata dia kembali berada pada titik permulaan untuk mencari kebahagiaan baru -- karena kebahagiaan atas materi berakhir pada saat dia telah mencapainya.
Pencarian kebenaran akan memakan waktu lama. Bahkan pada saat manusia mencapai umur 50-an tahun dia masih dalam tahap mencari-cari. Setiapkali mendapat data-data baru atau kasus-kasus baru, dia akan membatalkan nilai-nilai lama dan merumuskan nilai-nilai baru yang dia yakini lebih benar. Akibatnya hingga tutup usia dia masih dalam derajad mencari-cari, tanpa pernah bertemu kebenaran sejati.
Sebagai pembenaran atas tindakannya, dia bisa saja mengatakan bahwa yang dia cari bukanlah untuk dirinya, tetapi untuk generasi sesudah dia. Namun pada kenyataannya generasi sesudah dia juga menempuh lingkaran-lingkaran yang sama dengan yang telah ditempuh pendahulunya, dan menghabiskan hidup mereka untuk mencari-cari kebenaran.
^_^
Sebenarnya manusia tidak perlu mencari-cari kebenaran. Telah tersedia petunjuk-petunjuk paling benar dan paling membawa kebahagiaan bagi manusia, yaitu risalah yang dibawa Nabi. Pemilik kebenaran dan pemberi kabahagiaan sejati hanyalah Allah.
Pada hakekatnya kebahagiaan bukan terletak pada materi, tetapi pada sikap manusia. Allah menurunkan satu ajaran tentang kebenaran, yaitu agama. Pada saat orang memegang agama, dia telah berjumpa dengan benar dan bila dia memegang teguh agama, dia akan menggapai kebahagiaan.
Kita bersyukur pada Allah, bahwa kita menemukan bahwa benar itu agama. Bahwa bahagia itu dicapai di dalam iman. Orang yang merasa bahagia dari bakti pada Allah, tidak akan mengukur lagi kebahagiaan dari kekayaan dan pangkat, tetapi dia akan menggunakan tolok ukur sikap batinnya. Dia akan menemukan kebenaran dan kebahagiaan sejak muda – karena tidak perlu mencari-cari –- tinggal mempertinggi, memperhalus sehingga dia mendapat iman yang kuat dan bahagia yang sempurna.
Allah telah menyempurnakan kalimat-kalimat-Nya pada kitab suci, manusia tinggal memperdalam, menyelidiki, menghayati, mempelajari dan melaksanakan. Pikiran dan tindakan manusia tidak terpaku untuk mencari kebenaran dan kebahagiaan, sehingga dapat difokuskan untuk mengolah dunia sepenuhnya sebagai bekal hidup.
Bila manusia mengikuti suara-suara di dunia ini, tanpa memiliki pegangan kebenaran yang kokoh, pada akhirnya dia akan mengalami kebingungan. Kebenaran akhirnya akan ditentukan oleh siapa yang banyak, walaupun yang banyak itu bisa saja berdasarkan nafsu. Orang yang menempuh jalan itu pada akhirnya akan mengalami kekecewaan, karena kebenaran yang berdasar suara-suara sekitar itu hanyalah bersifat relatif. Mungkin benar, dan mungkin saja salah, jadi belum sampai pada tingkat kebenaran yang meyakinkan.
Dalam memilih jalan kebenaran, hanya jalan agama yang menjanjikan kebenaran dan kebahagiaan sejati. Bila menempuh jalan selain jalan Allah, sampai menutup mata-pun, manusia tidak akan berjumpa dengan kebenaran sejati. Jalan singkat menuju kebenaran hanyalah lewat agama, tanpa agama para pencari kebenaran akan menghabiskan hidupnya untuk melakukan pencarian. Agama adalah jalan untuk mempersingkat waktu bagi manusia untuk menemukan kebenaran, sehingga dapat fokus mempergunakan pikirannya untuk mengolah alam raya demi bekal hidupnya dan demi kepentingan umat manusia (UNDIL-2007)
Pencarian kebenaran akan memakan waktu lama. Bahkan pada saat manusia mencapai umur 50-an tahun dia masih dalam tahap mencari-cari. Setiapkali mendapat data-data baru atau kasus-kasus baru, dia akan membatalkan nilai-nilai lama dan merumuskan nilai-nilai baru yang dia yakini lebih benar. Akibatnya hingga tutup usia dia masih dalam derajad mencari-cari, tanpa pernah bertemu kebenaran sejati.
Sebagai pembenaran atas tindakannya, dia bisa saja mengatakan bahwa yang dia cari bukanlah untuk dirinya, tetapi untuk generasi sesudah dia. Namun pada kenyataannya generasi sesudah dia juga menempuh lingkaran-lingkaran yang sama dengan yang telah ditempuh pendahulunya, dan menghabiskan hidup mereka untuk mencari-cari kebenaran.
^_^
Sebenarnya manusia tidak perlu mencari-cari kebenaran. Telah tersedia petunjuk-petunjuk paling benar dan paling membawa kebahagiaan bagi manusia, yaitu risalah yang dibawa Nabi. Pemilik kebenaran dan pemberi kabahagiaan sejati hanyalah Allah.
Pada hakekatnya kebahagiaan bukan terletak pada materi, tetapi pada sikap manusia. Allah menurunkan satu ajaran tentang kebenaran, yaitu agama. Pada saat orang memegang agama, dia telah berjumpa dengan benar dan bila dia memegang teguh agama, dia akan menggapai kebahagiaan.
Kita bersyukur pada Allah, bahwa kita menemukan bahwa benar itu agama. Bahwa bahagia itu dicapai di dalam iman. Orang yang merasa bahagia dari bakti pada Allah, tidak akan mengukur lagi kebahagiaan dari kekayaan dan pangkat, tetapi dia akan menggunakan tolok ukur sikap batinnya. Dia akan menemukan kebenaran dan kebahagiaan sejak muda – karena tidak perlu mencari-cari –- tinggal mempertinggi, memperhalus sehingga dia mendapat iman yang kuat dan bahagia yang sempurna.
Allah telah menyempurnakan kalimat-kalimat-Nya pada kitab suci, manusia tinggal memperdalam, menyelidiki, menghayati, mempelajari dan melaksanakan. Pikiran dan tindakan manusia tidak terpaku untuk mencari kebenaran dan kebahagiaan, sehingga dapat difokuskan untuk mengolah dunia sepenuhnya sebagai bekal hidup.
Bila manusia mengikuti suara-suara di dunia ini, tanpa memiliki pegangan kebenaran yang kokoh, pada akhirnya dia akan mengalami kebingungan. Kebenaran akhirnya akan ditentukan oleh siapa yang banyak, walaupun yang banyak itu bisa saja berdasarkan nafsu. Orang yang menempuh jalan itu pada akhirnya akan mengalami kekecewaan, karena kebenaran yang berdasar suara-suara sekitar itu hanyalah bersifat relatif. Mungkin benar, dan mungkin saja salah, jadi belum sampai pada tingkat kebenaran yang meyakinkan.
Dalam memilih jalan kebenaran, hanya jalan agama yang menjanjikan kebenaran dan kebahagiaan sejati. Bila menempuh jalan selain jalan Allah, sampai menutup mata-pun, manusia tidak akan berjumpa dengan kebenaran sejati. Jalan singkat menuju kebenaran hanyalah lewat agama, tanpa agama para pencari kebenaran akan menghabiskan hidupnya untuk melakukan pencarian. Agama adalah jalan untuk mempersingkat waktu bagi manusia untuk menemukan kebenaran, sehingga dapat fokus mempergunakan pikirannya untuk mengolah alam raya demi bekal hidupnya dan demi kepentingan umat manusia (UNDIL-2007)
Tulisan diatas saya buat setelah mendengarkan rekaman khutbah jumat KH. EZ Muttaqin di Masjid Salman ITB (76-09-03). Pada intinya berisi penjelasan bahwa manusia yang mencari kebenaran & kebahagiaan di luar jalan agama -- yaitu mencari kebenaran dengan mengandalkan akal pikiran dan mencari kebahagiaan berdasarkan pencapaian materi -- akan mengalami kekecewaan demi kekecewaan, dan akan terus terjebak dalam tahap pencarian tanpa pernah menemukan kebenaran & kebahagiaan sejati seumur hidupnya. Jalan singkat untuk mencari kebenaran dan kebahagiaan adalah jalan agama, dengan berbakti pada Allah SWT. Dengan menempuh jalan agama, manusia tidak perlu lagi mencari-cari kebenaran, sehingga dia dapat mempergunakan waktunya untuk mengolah alam raya ini bagi kepentingan umat manusia.
0 comments:
¿Te animas a decir algo?