Salah satu hal yang mungkin kurang diperhatikan orang pada saat dirawatnya mantan Presiden Suharto di Rumah Sakit Pertamina adalah asal negara dokter-dokter yang menangani Sang Jendral yang namanya mulai dikenal luas setelah berhasil menggagalkan kudeta berdarah PKI pada tahun 1965.
Dokter-dokter yang merawat tokoh yang sukses memberangus pengaruh partai komunis – partai yang akhirnya mengalami kehancuran gara-gara dua kali gagal (1948 & 1965) merebut kekuasaan ini -- semuanya berasal dari Indonesia.
Yah, Pak Harto bukan saja tidak minta dirawat di Rumah Sakit di Singapura atau di negara-negara Eropa atau Amerika Utara -- yang artinya percaya pada kualitas rumah sakit Indonesia – tetapi juga percaya pada kemampuan dokter-dokter Indonesia.
Saya juga baru “ngeh” fenomena itu setelah membaca kliping berita di Koran Sindo (29/01/2008 Koran Sindo) yang mengungkapkan fakta itu.
Salah satu dokter yang merawat Pak Harto adalah dr. Joko Raharjo yang berhasil memasang alat pacu jantung (CRT) pada bulan Mei 2001. Ahli jantung yang mengajar di FK Unpad itu menyatakan pengalaman memasang alat pacu jantung di tubuh Pak Harto adalah sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Menurut anggota tim dokter kepresidenan yang lain – ahli anestesi dr. Christian A. Johannes -- Pak Harto pernah berkata “Siapa yang akan mempercayai dokter Indonesia kalau bukan presidennya”.
Sebuah fenomena menarik ditengah munculnya rumah sakit-rumah sakit negeri tetangga yang mulai menarik minat pasien-pasien dari Indonesia.
Bacaan :
Koran Sindo 29/01/2008, Pak Harto: Siapa Lagi yang Percaya Dokter Indonesia kalau Bukan Presidennya.
Dokter-dokter yang merawat tokoh yang sukses memberangus pengaruh partai komunis – partai yang akhirnya mengalami kehancuran gara-gara dua kali gagal (1948 & 1965) merebut kekuasaan ini -- semuanya berasal dari Indonesia.
Yah, Pak Harto bukan saja tidak minta dirawat di Rumah Sakit di Singapura atau di negara-negara Eropa atau Amerika Utara -- yang artinya percaya pada kualitas rumah sakit Indonesia – tetapi juga percaya pada kemampuan dokter-dokter Indonesia.
Saya juga baru “ngeh” fenomena itu setelah membaca kliping berita di Koran Sindo (29/01/2008 Koran Sindo) yang mengungkapkan fakta itu.
Salah satu dokter yang merawat Pak Harto adalah dr. Joko Raharjo yang berhasil memasang alat pacu jantung (CRT) pada bulan Mei 2001. Ahli jantung yang mengajar di FK Unpad itu menyatakan pengalaman memasang alat pacu jantung di tubuh Pak Harto adalah sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Menurut anggota tim dokter kepresidenan yang lain – ahli anestesi dr. Christian A. Johannes -- Pak Harto pernah berkata “Siapa yang akan mempercayai dokter Indonesia kalau bukan presidennya”.
Sebuah fenomena menarik ditengah munculnya rumah sakit-rumah sakit negeri tetangga yang mulai menarik minat pasien-pasien dari Indonesia.
Bacaan :
Koran Sindo 29/01/2008, Pak Harto: Siapa Lagi yang Percaya Dokter Indonesia kalau Bukan Presidennya.
0 comments:
¿Te animas a decir algo?