Habis dapat bonus Nina dengan hati berbunga-bunga mampir ke PJV untuk membeli serangkaian celana jeans plus jaket yang telah lama diincarnya. Dalam perkembangannya selama belanja ternyata item-item pakaian yang dibeli meluas hingga beberapa stel pakaian kerja yang kebetulan sedang discount habis-habisan.
Singkat cerita sampailah Nina ke rumah dengan membawa tiga kantong berisi pakaian baru hasil “perjuangan” di counter discount. Tibalah saatnya untuk dicoba lagi di kamarnya.
Puas mencoba semua baju barunya, mampirlah baju-baju itu mesin cuci plus mesin pengering dan tak berapa lama kemudian siap masuk lemari.
Setelah lemari pakaian dibuka, barulah Nina menyadari bahwa lemarinya sudah tidak cukup lagi menampung pakaian baru. Lemari dua pintu itu benar-benar sudah full loaded with old stuffs. Bagian atas lemari yang merupakan tempat pakaian yang dilipat telah penuh hingga menyentuh langit-langit lemari. Bagian gantungan pakaian juga telah dijejali pakaian hingga tidak ada space lagi untuk memasukkan barang satu atau dua lembar pakaian lagi.
Jadilah Nina duduk di depan lemari sambil manyun.
Mesti ditaruh dimana pakaian barunya?.
Tiba-tiba dia teringat travel bag yang diletakkan di pojok kamar. Dipikirkannya untuk sementara pakaian bisa ditaruh disitu. Namun ketika travel bag dibuka Nina terkejut bukan kepalang.
“Olala!”
Travel bag itu telah berisi seonggok batik sasirangan. Beberapa set pakaian yang dibuat dari kain khas Kalimantan plus selendang itu mengisi sepertiga travel bag miliknya. Baru diingatnya dua bulan yang lalu dia pesan pakaian itu dari temannya yang mudik ke Banjar Baru. Nasib sasirangan tak jauh beda dengan nasib rekan sejawatnya dari Sogo yang baru saja dibelinya. Tidak kebagian tempat di dalam lemari. Parahnya lagi nasibnya terlupakan, tidak pernah disentuh hingga hari ini.
Duh kasihan temannya yang sudah capek-capek bawa sasirangan, kini oleh-olehnya dibiarkan teronggok terlupakan.
Kemudian Nina sadar. Belakangan ini dirinya sering memberikan kaos-kaos dan jaket jatah dari kantor kepada orang lain karena sudah tidak muat lagi masuk ke lemarinya. Termasuk kostum keluarga yang dibuat bersama sepupu-sepupunya saat lebaran tahun lalu terpaksa berakhir di tangan istri tukang sampah karena tidak kebagian kapling di lemarinya. Duh Nina sedih memikirkan nasib pakaian-pakaian barunya.
^_^
Mata Nina yang indah memandang isi lemari dengan sendu. Lama ditatapnya tumpukan-tumpukan pakaian lama itu sambil mencari-cari ide. Diamatinya juga baju-baju yang tergantung dengan anggunnya berjajar rapi bak Brigade Jannisaries-nya Ottoman Empire yang marajai Eropa di abad pertengahan. Saat Nina memalingkan mukanya untuk menjawab panggilan adiknya yang muncul dari pintu kamarnya yang dibiarkan terbuka – tiba-tiba Nina menyadari sesuatu.
Cring cring!
Terbukalah pikiran Nina. Adiknya yang baru masuk kuliah tahun lalu itu menyadarkan Nina akan suatu hal. Tumpukan pakaian miliknya telah begitu lama. Sudah mulai dirintis sejak Nina masuk kuliah hingga saat ini dirinya sudah bekerja. Pakaian-pakaian lama yang sudah lebih dari dua tahun tidak dipakai masih tersimpan rapi di dalam lemari. Bahkan kalau dihitung-hitung mayoritas isi lemari sudah setahun tidak dipakai oleh Nina.
Setahun ini Nina memakai pakaian hanya sepertiga dari isi lemari. Boleh dikata yang dua pertiga pakaian sudah tidak menarik lagi baginya. Belum tentu dalam satu atau dua tahun mendatang bakalan dipakainya. Pakaian-pakaian itu sudah berubah menjadi barang antik yang memenuhi lemari. Mereka menghalangi para newbie yang hendak masuk ke dalam lemari. Mereka menghalangi pakaian baru mendapat tempat yang layak di kamar Nina.
^_^
Lewat tengah malam ketika Nina berhasil mereject lebih dari setengah dari isi lemari untuk masuk ke dalam kantong kresek. Adiknya dengan senang hati membantu dengan riang gembira. Kebetulan adik Nina kebagian tugas menjadi koordinator pengumpulan pakaian pantas pakai untuk bakti sosial memperingati lustrum fakultasnya. Dus baju-baju Nina yang kekerenannya sudah tidak diragukan lagi itu bakalan menjadi primadona di pentas bakti sosial.
Kini lemari pakaian Nina buka lowongan untuk pakaian-pakaian baru. Sasirangan dan teman-teman barunya dari Sogo PJV boleh melompat-lompat kegirangan karena mendapat kapling luas di dalam lemari. Pakaian jatah kantor silakan datang. Nina juga siap bila sepupu-sepupunya mengajak membuat jaket bareng-bareng.
“Selalu ada tempat buat hal-hal baru” kata Nina dalam hati sambil bibir mungilnya yang tadinya penuh kemanyunan berubah jadi tersenyum manis.
^_^
Andrew Matthews dalam bukunya Happiness Now mempergunakan pakaian lama sebagai contoh bahwa barang-barang lama yang sudah tidak dipakai lagi akan menghalangi masuknya barang-barang baru. Hidup dengan “sampah” akan menurunkan kualitas hidup kita. Tumpukan barang yang sudah tidak dipakai sejak lima tahun lalu yang membuat rumah kita penuh dan berantakan akan mempengaruhi kesegaran pikiran kita.
Mengapa orang suka berkemah?
Menurut Andrew Matthews pada saat berkemah kita tidak dihadapkan pada tumpukan barang lama seperti bila kita di rumah. Langit yang luas, sungai yang mengalir, lapangan rumput yang hijau, semuanya segar dan fresh. Tidak ada pemandangan sepatu tua yang sudah 5 tahun tidak dipakai. Tidak ada TV tua yang dibiarkan teronggok atau tas tua peninggalan kakek.
Tirulah pohon yang menjatuhkan daun-daun tua & buah yang telah masak atau tirulah sungai yang terus mengalir, begitu anjuran Andrew Matthews. Jangan biarkan hal-hal lama menghalangi hadirnya kecerahan baru. Bila kita bersihkan hal-hal lama, kita memberi kesempatan hal-hal yang baru untuk datang (undil – 13 mei 08)
Singkat cerita sampailah Nina ke rumah dengan membawa tiga kantong berisi pakaian baru hasil “perjuangan” di counter discount. Tibalah saatnya untuk dicoba lagi di kamarnya.
Puas mencoba semua baju barunya, mampirlah baju-baju itu mesin cuci plus mesin pengering dan tak berapa lama kemudian siap masuk lemari.
Setelah lemari pakaian dibuka, barulah Nina menyadari bahwa lemarinya sudah tidak cukup lagi menampung pakaian baru. Lemari dua pintu itu benar-benar sudah full loaded with old stuffs. Bagian atas lemari yang merupakan tempat pakaian yang dilipat telah penuh hingga menyentuh langit-langit lemari. Bagian gantungan pakaian juga telah dijejali pakaian hingga tidak ada space lagi untuk memasukkan barang satu atau dua lembar pakaian lagi.
Jadilah Nina duduk di depan lemari sambil manyun.
Mesti ditaruh dimana pakaian barunya?.
Tiba-tiba dia teringat travel bag yang diletakkan di pojok kamar. Dipikirkannya untuk sementara pakaian bisa ditaruh disitu. Namun ketika travel bag dibuka Nina terkejut bukan kepalang.
“Olala!”
Travel bag itu telah berisi seonggok batik sasirangan. Beberapa set pakaian yang dibuat dari kain khas Kalimantan plus selendang itu mengisi sepertiga travel bag miliknya. Baru diingatnya dua bulan yang lalu dia pesan pakaian itu dari temannya yang mudik ke Banjar Baru. Nasib sasirangan tak jauh beda dengan nasib rekan sejawatnya dari Sogo yang baru saja dibelinya. Tidak kebagian tempat di dalam lemari. Parahnya lagi nasibnya terlupakan, tidak pernah disentuh hingga hari ini.
Duh kasihan temannya yang sudah capek-capek bawa sasirangan, kini oleh-olehnya dibiarkan teronggok terlupakan.
Kemudian Nina sadar. Belakangan ini dirinya sering memberikan kaos-kaos dan jaket jatah dari kantor kepada orang lain karena sudah tidak muat lagi masuk ke lemarinya. Termasuk kostum keluarga yang dibuat bersama sepupu-sepupunya saat lebaran tahun lalu terpaksa berakhir di tangan istri tukang sampah karena tidak kebagian kapling di lemarinya. Duh Nina sedih memikirkan nasib pakaian-pakaian barunya.
^_^
Mata Nina yang indah memandang isi lemari dengan sendu. Lama ditatapnya tumpukan-tumpukan pakaian lama itu sambil mencari-cari ide. Diamatinya juga baju-baju yang tergantung dengan anggunnya berjajar rapi bak Brigade Jannisaries-nya Ottoman Empire yang marajai Eropa di abad pertengahan. Saat Nina memalingkan mukanya untuk menjawab panggilan adiknya yang muncul dari pintu kamarnya yang dibiarkan terbuka – tiba-tiba Nina menyadari sesuatu.
Cring cring!
Terbukalah pikiran Nina. Adiknya yang baru masuk kuliah tahun lalu itu menyadarkan Nina akan suatu hal. Tumpukan pakaian miliknya telah begitu lama. Sudah mulai dirintis sejak Nina masuk kuliah hingga saat ini dirinya sudah bekerja. Pakaian-pakaian lama yang sudah lebih dari dua tahun tidak dipakai masih tersimpan rapi di dalam lemari. Bahkan kalau dihitung-hitung mayoritas isi lemari sudah setahun tidak dipakai oleh Nina.
Setahun ini Nina memakai pakaian hanya sepertiga dari isi lemari. Boleh dikata yang dua pertiga pakaian sudah tidak menarik lagi baginya. Belum tentu dalam satu atau dua tahun mendatang bakalan dipakainya. Pakaian-pakaian itu sudah berubah menjadi barang antik yang memenuhi lemari. Mereka menghalangi para newbie yang hendak masuk ke dalam lemari. Mereka menghalangi pakaian baru mendapat tempat yang layak di kamar Nina.
^_^
Lewat tengah malam ketika Nina berhasil mereject lebih dari setengah dari isi lemari untuk masuk ke dalam kantong kresek. Adiknya dengan senang hati membantu dengan riang gembira. Kebetulan adik Nina kebagian tugas menjadi koordinator pengumpulan pakaian pantas pakai untuk bakti sosial memperingati lustrum fakultasnya. Dus baju-baju Nina yang kekerenannya sudah tidak diragukan lagi itu bakalan menjadi primadona di pentas bakti sosial.
Kini lemari pakaian Nina buka lowongan untuk pakaian-pakaian baru. Sasirangan dan teman-teman barunya dari Sogo PJV boleh melompat-lompat kegirangan karena mendapat kapling luas di dalam lemari. Pakaian jatah kantor silakan datang. Nina juga siap bila sepupu-sepupunya mengajak membuat jaket bareng-bareng.
“Selalu ada tempat buat hal-hal baru” kata Nina dalam hati sambil bibir mungilnya yang tadinya penuh kemanyunan berubah jadi tersenyum manis.
^_^
Andrew Matthews dalam bukunya Happiness Now mempergunakan pakaian lama sebagai contoh bahwa barang-barang lama yang sudah tidak dipakai lagi akan menghalangi masuknya barang-barang baru. Hidup dengan “sampah” akan menurunkan kualitas hidup kita. Tumpukan barang yang sudah tidak dipakai sejak lima tahun lalu yang membuat rumah kita penuh dan berantakan akan mempengaruhi kesegaran pikiran kita.
Mengapa orang suka berkemah?
Menurut Andrew Matthews pada saat berkemah kita tidak dihadapkan pada tumpukan barang lama seperti bila kita di rumah. Langit yang luas, sungai yang mengalir, lapangan rumput yang hijau, semuanya segar dan fresh. Tidak ada pemandangan sepatu tua yang sudah 5 tahun tidak dipakai. Tidak ada TV tua yang dibiarkan teronggok atau tas tua peninggalan kakek.
Tirulah pohon yang menjatuhkan daun-daun tua & buah yang telah masak atau tirulah sungai yang terus mengalir, begitu anjuran Andrew Matthews. Jangan biarkan hal-hal lama menghalangi hadirnya kecerahan baru. Bila kita bersihkan hal-hal lama, kita memberi kesempatan hal-hal yang baru untuk datang (undil – 13 mei 08)
referensi:
Andrew Matthews, 2007, Happiness Now (Bahagia Sekarang, diterjemahkan oleh Lyndon Saputra, Alvin Saputra), Karisma Publishing Group, Jakarta.
0 comments:
¿Te animas a decir algo?