ANGGOTA DPRD Samarinda ternyata tergolong ketinggalan kemajuan dan gagap
teknologi, khususnya dalam pemanfaatan surat elektronik (electronic mail
atau e-mail) dalam berkomunikasi. Teknologi yang memanfaatkan komputer
dan jaringan internet dan sudah dikenal bahkan oleh pelajar SMM ini
bahkan tidak dikenal sebagian anggota Dewan. Sehingga ketika ditanya
sudahkah punya e-mail, jawabannya justru mengundang tawa.
"Saya pernah punya, tapi sudah dijual," ujar Didik Sugiarto, anggota
Komisi D dari Fraksi AKU dengan gaya meyakinkan seolah-olah e-mail
adalah barang berwujud fisik yang bisa dipindahtangankan.
Wakil Ketua Dewan, Hairul Anwar setali tiga uang. Awalnya jawabannya
terasa wajar, namun belakangan sama sekali tidak 'nyambung.
"Secara pribadi saya belum memilikinya. Bukannya saya tidak mampu untuk
memilikinya, namun saya masih cinta produk dalam negeri," katanya
seolah-seolah e-mail adalah barang dari luar negeri. "Buat apa kita
membanggakan produk luar, lihat saja HP (handphone) saya masih model
lama," tuturnya sok yakin.
Tak hanya Didik dan Hairul, 9 anggota Dewan lainnya pun tak kenal atau
tidak punya e-mail. Jika itu terjadi di generasi tua seperti
H Nichlan yang usianya sudah 70-an, mungkin masih wajar. Namun yang
muda-muda seperti Sukardi Surbakti dan Blasius Watu pun tak menyentuh
sarana informasi yang efisien dan efektif ini. Begitu juga A Marcus
Incau, Mardiah Mulyani, Sabri, Riyanto Rais, Arifin Idris dan Hamzah.
Padahal mereka sebenarnya tak harus memiliki computer dan langganan
internet secara pribadi, sebab lembaga legislatif ini pasti bisa
menyediakannya. Baik secara fraksi maupun komisi. Bila memiliki e-mail,
interaksi dengan masyarakat secara umum dan konstituen partainya bisa
lebih berkembang dan aktif.
Berikut tanggapan anggota Dewan saat ditanya apakah punya e-mail, dan
apakah mereka paham kegunaannya di era informasi sekarang??
H Nichan: Apa itu email? Saya belum punya e-mail karena masih kurang
paham teknologi macam itu. Kalau keinginan punya ada, cuma
untuk mengoperasikan komputer saja saya mesti tanya sana sini. Di
lingkungan Dewan ini sebenarnya sudah ada, tapi sampai sekarang tidak
dioperasikan karena tidak ada yang menggunakan.
Didik Sugiarto: Saya dulu pernah punya e-mail, namun saya jual.
Blasius Watu: Sekarang ini belum punya, sebab saya tidak ingin punya
nafsu besar untuk memilikinya namun tidak ada waktu untuk melihatnya.
Riyanto Rais: E-mail memang perlu dan ini akan menjadi masukan buat kami
untuk secepatnya mengadakan internet di tempat kami. Dulu
sempat pasang di secretariat tapi nggak tahu kemudian tidak bisa di
akses lagi.
Sedangkan Sabri dan Sukardi Surbakti yang mengakui memang penting
memiliki e-mail, dan keinginan membuatnya, namun di rumah
keduanya tidak ada akses telepon. "Di Palaran memang belum ada," kata
Sukardi menyebut domisilinya.
teknologi, khususnya dalam pemanfaatan surat elektronik (electronic mail
atau e-mail) dalam berkomunikasi. Teknologi yang memanfaatkan komputer
dan jaringan internet dan sudah dikenal bahkan oleh pelajar SMM ini
bahkan tidak dikenal sebagian anggota Dewan. Sehingga ketika ditanya
sudahkah punya e-mail, jawabannya justru mengundang tawa.
"Saya pernah punya, tapi sudah dijual," ujar Didik Sugiarto, anggota
Komisi D dari Fraksi AKU dengan gaya meyakinkan seolah-olah e-mail
adalah barang berwujud fisik yang bisa dipindahtangankan.
Wakil Ketua Dewan, Hairul Anwar setali tiga uang. Awalnya jawabannya
terasa wajar, namun belakangan sama sekali tidak 'nyambung.
"Secara pribadi saya belum memilikinya. Bukannya saya tidak mampu untuk
memilikinya, namun saya masih cinta produk dalam negeri," katanya
seolah-seolah e-mail adalah barang dari luar negeri. "Buat apa kita
membanggakan produk luar, lihat saja HP (handphone) saya masih model
lama," tuturnya sok yakin.
Tak hanya Didik dan Hairul, 9 anggota Dewan lainnya pun tak kenal atau
tidak punya e-mail. Jika itu terjadi di generasi tua seperti
H Nichlan yang usianya sudah 70-an, mungkin masih wajar. Namun yang
muda-muda seperti Sukardi Surbakti dan Blasius Watu pun tak menyentuh
sarana informasi yang efisien dan efektif ini. Begitu juga A Marcus
Incau, Mardiah Mulyani, Sabri, Riyanto Rais, Arifin Idris dan Hamzah.
Padahal mereka sebenarnya tak harus memiliki computer dan langganan
internet secara pribadi, sebab lembaga legislatif ini pasti bisa
menyediakannya. Baik secara fraksi maupun komisi. Bila memiliki e-mail,
interaksi dengan masyarakat secara umum dan konstituen partainya bisa
lebih berkembang dan aktif.
Berikut tanggapan anggota Dewan saat ditanya apakah punya e-mail, dan
apakah mereka paham kegunaannya di era informasi sekarang??
H Nichan: Apa itu email? Saya belum punya e-mail karena masih kurang
paham teknologi macam itu. Kalau keinginan punya ada, cuma
untuk mengoperasikan komputer saja saya mesti tanya sana sini. Di
lingkungan Dewan ini sebenarnya sudah ada, tapi sampai sekarang tidak
dioperasikan karena tidak ada yang menggunakan.
Didik Sugiarto: Saya dulu pernah punya e-mail, namun saya jual.
Blasius Watu: Sekarang ini belum punya, sebab saya tidak ingin punya
nafsu besar untuk memilikinya namun tidak ada waktu untuk melihatnya.
Riyanto Rais: E-mail memang perlu dan ini akan menjadi masukan buat kami
untuk secepatnya mengadakan internet di tempat kami. Dulu
sempat pasang di secretariat tapi nggak tahu kemudian tidak bisa di
akses lagi.
Sedangkan Sabri dan Sukardi Surbakti yang mengakui memang penting
memiliki e-mail, dan keinginan membuatnya, namun di rumah
keduanya tidak ada akses telepon. "Di Palaran memang belum ada," kata
Sukardi menyebut domisilinya.
0 comments:
¿Te animas a decir algo?