Seorang pemuda tidak tahan, dan melakukan tawaran yang tidak sopan terhadap seorang wanita.
“Mbak yang cantik, saya gemes nih, mau nggak saya cubit pipinya, sekaliii saja. Saya bayar seratus ribu perak…”
Wanita itu langsung marah, merengut. Tapi setelah dipikir-pikir seratus ribu lumayan gede untuk ukuran jaman sekarang. Sekali cubit pipi nggak apa-apalah batinnya. Apalagi pemuda itu sebenarnya terlihat baik tidak maksa. Akhirnya dia mau, tapi harus sembunyi di balik pohon-pohon besar itu.
Diberinya pipinya yang halus, dan si pemuda itu membelai-belainya. Tapi tidak dicubit-cubit, sampai si wanita ini jadi jengah.
“Gimana sih, ayo cepetan dicubit…”, desak si wanita.
“Maaf, nggak bisa, mbak…”, jawab si pemuda, masih merem-merem.
“Lho… kenapa?”
“Saya lagi nggak punya uaaaang….”
“Mbak yang cantik, saya gemes nih, mau nggak saya cubit pipinya, sekaliii saja. Saya bayar seratus ribu perak…”
Wanita itu langsung marah, merengut. Tapi setelah dipikir-pikir seratus ribu lumayan gede untuk ukuran jaman sekarang. Sekali cubit pipi nggak apa-apalah batinnya. Apalagi pemuda itu sebenarnya terlihat baik tidak maksa. Akhirnya dia mau, tapi harus sembunyi di balik pohon-pohon besar itu.
Diberinya pipinya yang halus, dan si pemuda itu membelai-belainya. Tapi tidak dicubit-cubit, sampai si wanita ini jadi jengah.
“Gimana sih, ayo cepetan dicubit…”, desak si wanita.
“Maaf, nggak bisa, mbak…”, jawab si pemuda, masih merem-merem.
“Lho… kenapa?”
“Saya lagi nggak punya uaaaang….”
0 comments:
¿Te animas a decir algo?