Sebelum menjadi Kepala Desa, Mustafa adalah Ustadz yang disegani oleh Gerombolan Hitam karena dianggap toleran. Namun setelah dia mulai membersihkan desa dari perilaku tercela, musuhnya bermunculan.
^_^
Sejenak Balai Desa menjadi riuh rendah oleh suara orang bersorak sorai. Puluhan orang berpakaian hitam-hitam, bersendal hitam dan bertopi hitam tampak berdiri berkacak pinggang. Mereka menyandang bermacam-macam senjata tajam. Dari kelewang, golok hingga pedang. Barisan orang berpakaian hitam itu berteriak-teriak meminta Mustafa Satya Wiragraha turun dari Balai Desa.
Melihat aksi mereka semakin brutal dan merusak barang-barang di sekitar Balai Desa, akhirnya Mustafa memenuhi permintaan mereka. Seorang berbadan ceking tapi bercambang lebat buru-buru maju menghampiri Mustafa. Orang itu langsung mengatakan maksudnya. Dia memprotes tindakan aparat desa yang melarang orang berjudi dan mabuk-mabukan wine di gardu ronda.
Menurut dia sebagai Kepala Desa seharusnya Mustafa menghormati hak warga untuk minum wine sampai mabuk, berjudi dan main perempuan sepanjang tidak mengganggu orang lain. Tentu saja Mustafa menolak permintaan itu.
"Kejahatan kalau bisa kucegah dengan kekuasaan, akan kucegah dengan kekuasaanku sebagai Kepala Desa" tandas Mustafa.
Kemudian dia menambahkan bahwa judi dan mabuk-mabukan wine merugikan warga karena setiap tahun ada saja anak muda kampung yang rusak karena terseret gerombolan itu. Sejumlah pedagang bangkrut karena berjudi dan diam-diam beralih profesi menjadi pencuri.
Kegemaran main perempuan juga merugikan istri-istri yang tertular penyakit kelamin suaminya. Belum lagi perilaku seks bebas yang dilakukan di sudut-sudut kampung benar-benar telah membahayakan moral anak-anak dan remaja yang melihatnya.
Belum sempat Mustafa menyelesaikan kata-katanya, orang-orang itu marah dan menyerbu ke arah Mustafa. Namun anak muda itu dengan cekatan masuk ke ruangan balai desa dan menutup pintunya. Pintu digedor-gedor oleh mereka sambil berteriak memaki-maki Mustafa.
Teriakan-teriakan para penjahat itu telah mengundang kerumunan warga. Beberapa ratus warga menonton peristiwa itu dari jauh karena takut reputasi brutal gerombolan pemabuk, penjudi dan pezina ini. Namun beberapa santri sempat melihat juga dan cepat-cepat melaporkan pada teman-temannya di rumah Mustafa.
^_^
Sebelum menjadi Kepala Desa, Mustafa adalah seorang ustadz yang sangat dihormati oleh warga. Santrinya ada ratusan orang yang sebagian besar bertempat tinggal di bilik-bilik yang dibangun di sekitar rumah Mustafa.
Waktu itu Mustafa tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap orang yang berjudi dan minum-minum wine, baik red wine - anggur merah maupun white wine - anggur putih di gardu ronda. Paling-paling dia hanya menasehati mereka dengan lemah-lembut. Itupun dilakukan di lain waktu, bukan pada saat mereka mabuk. Makanya gerombolan hitam sangat senang. Mereka menganggap Mustafa adalah seorang Ustadz yang toleran terhadap orang yang gemar bersenang-senang.
Semasa masih menjadi guru ngaji hampir tak ada orang yang memusuhi Mustafa. Saat mereka mendengar ceramah Mustafa tentang perilaku maksiat, mereka tidak marah hanya tertawa-tawa saja.
Yah nyindir-nyindir dikit gak apa-apalah, yang penting para santri jangan mengganggu klub mabuk wine berpesta dan membiarkan mereka merekrut anggota baru. Keramahan Mustafa sangat populer di kampung-kampung. Tak heran pada saat pemilihan Kepala Desa, Mustafa menang telak atas pesaingnya.
Mustafa mulai dimusuhi ketika sebagai Kepala Desa dia sering bicara tentang kebenaran. Orang-orang gerombolan hitam merasa khawatir bahwa Mustafa akan semakin gencar menentang segala perilaku maksiat mereka. Makanya mereka berkali-kali menghadap Mustafa untuk menghentikan bicara tentang mabuk dan judi. Mereka tak ingin dianggap "sampah masyarakat" oleh orang-orang kampungnya sendiri.
Namun Mustafa tak kenal lelah dan terus menyuarakan bahaya-bahaya perilaku maksiat tiap kali acara pertemuan warga kampung. Puncaknya adalah saat Mustafa melarang fasilitas desa dijadikan tempat minum wine dan judi. Beberapa anggota gerombolan hitam mengamuk dan merusak sejumlah gardu ronda. Mereka menuntut Mustafa mencabut larangan itu karena telah membuat mereka kesulitan merekrut anggota baru. Mustafa berusaha mengajak mereka diskusi secara baik-baik. Namun agaknya mereka telah gelap mata.
^_^
Kini barisan puluhan orang pemabuk dan penjudi mengepung Balai Desa dan mulai mengancam untuk membakarnya. Jumlah aparat desa tidak seimbang dengan jumlah gerombolan hitam, sehingga mereka tidak bisa mencegah. Batu-batu besar mulai dilemparkan. Pintu mulai ditendang-tendang hendak di dobrak.
Untunglah pada saat genting itu muncullah para santri Mustafa bersama ratusan penduduk yang berhasil diajak untuk bangkit melawan gerombolan hitam. Mereka bersenjatakan pentungan dan tiba-tiba saja telah mengepung gerombolan hitam.^_^
Sejenak Balai Desa menjadi riuh rendah oleh suara orang bersorak sorai. Puluhan orang berpakaian hitam-hitam, bersendal hitam dan bertopi hitam tampak berdiri berkacak pinggang. Mereka menyandang bermacam-macam senjata tajam. Dari kelewang, golok hingga pedang. Barisan orang berpakaian hitam itu berteriak-teriak meminta Mustafa Satya Wiragraha turun dari Balai Desa.
Melihat aksi mereka semakin brutal dan merusak barang-barang di sekitar Balai Desa, akhirnya Mustafa memenuhi permintaan mereka. Seorang berbadan ceking tapi bercambang lebat buru-buru maju menghampiri Mustafa. Orang itu langsung mengatakan maksudnya. Dia memprotes tindakan aparat desa yang melarang orang berjudi dan mabuk-mabukan wine di gardu ronda.
Menurut dia sebagai Kepala Desa seharusnya Mustafa menghormati hak warga untuk minum wine sampai mabuk, berjudi dan main perempuan sepanjang tidak mengganggu orang lain. Tentu saja Mustafa menolak permintaan itu.
"Kejahatan kalau bisa kucegah dengan kekuasaan, akan kucegah dengan kekuasaanku sebagai Kepala Desa" tandas Mustafa.
Kemudian dia menambahkan bahwa judi dan mabuk-mabukan wine merugikan warga karena setiap tahun ada saja anak muda kampung yang rusak karena terseret gerombolan itu. Sejumlah pedagang bangkrut karena berjudi dan diam-diam beralih profesi menjadi pencuri.
Kegemaran main perempuan juga merugikan istri-istri yang tertular penyakit kelamin suaminya. Belum lagi perilaku seks bebas yang dilakukan di sudut-sudut kampung benar-benar telah membahayakan moral anak-anak dan remaja yang melihatnya.
Belum sempat Mustafa menyelesaikan kata-katanya, orang-orang itu marah dan menyerbu ke arah Mustafa. Namun anak muda itu dengan cekatan masuk ke ruangan balai desa dan menutup pintunya. Pintu digedor-gedor oleh mereka sambil berteriak memaki-maki Mustafa.
Teriakan-teriakan para penjahat itu telah mengundang kerumunan warga. Beberapa ratus warga menonton peristiwa itu dari jauh karena takut reputasi brutal gerombolan pemabuk, penjudi dan pezina ini. Namun beberapa santri sempat melihat juga dan cepat-cepat melaporkan pada teman-temannya di rumah Mustafa.
^_^
Sebelum menjadi Kepala Desa, Mustafa adalah seorang ustadz yang sangat dihormati oleh warga. Santrinya ada ratusan orang yang sebagian besar bertempat tinggal di bilik-bilik yang dibangun di sekitar rumah Mustafa.
Waktu itu Mustafa tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap orang yang berjudi dan minum-minum wine, baik red wine - anggur merah maupun white wine - anggur putih di gardu ronda. Paling-paling dia hanya menasehati mereka dengan lemah-lembut. Itupun dilakukan di lain waktu, bukan pada saat mereka mabuk. Makanya gerombolan hitam sangat senang. Mereka menganggap Mustafa adalah seorang Ustadz yang toleran terhadap orang yang gemar bersenang-senang.
Semasa masih menjadi guru ngaji hampir tak ada orang yang memusuhi Mustafa. Saat mereka mendengar ceramah Mustafa tentang perilaku maksiat, mereka tidak marah hanya tertawa-tawa saja.
Yah nyindir-nyindir dikit gak apa-apalah, yang penting para santri jangan mengganggu klub mabuk wine berpesta dan membiarkan mereka merekrut anggota baru. Keramahan Mustafa sangat populer di kampung-kampung. Tak heran pada saat pemilihan Kepala Desa, Mustafa menang telak atas pesaingnya.
Mustafa mulai dimusuhi ketika sebagai Kepala Desa dia sering bicara tentang kebenaran. Orang-orang gerombolan hitam merasa khawatir bahwa Mustafa akan semakin gencar menentang segala perilaku maksiat mereka. Makanya mereka berkali-kali menghadap Mustafa untuk menghentikan bicara tentang mabuk dan judi. Mereka tak ingin dianggap "sampah masyarakat" oleh orang-orang kampungnya sendiri.
Namun Mustafa tak kenal lelah dan terus menyuarakan bahaya-bahaya perilaku maksiat tiap kali acara pertemuan warga kampung. Puncaknya adalah saat Mustafa melarang fasilitas desa dijadikan tempat minum wine dan judi. Beberapa anggota gerombolan hitam mengamuk dan merusak sejumlah gardu ronda. Mereka menuntut Mustafa mencabut larangan itu karena telah membuat mereka kesulitan merekrut anggota baru. Mustafa berusaha mengajak mereka diskusi secara baik-baik. Namun agaknya mereka telah gelap mata.
Mustafa juga sering memberi perlindungan pada Ustadz-ustadz lain yang didatangi gerombolan hitam sambil dipaksa-paksa sembari diiming-imingi uang untuk memasukkan item penghormatan kepada perilaku maksiat dalam pengajian. Jadi gerombolan itu ingin para ustadz mempergunakan terminologi "tidak ada paksaan dalam agama" untuk mengajak para jamaah membiarkan para pemabuk, penjudi dan tukang main perempuan berbuat sesuka hati di sekitar rumah warga.
Mereka ingin leluasa berbuat maksiat tanpa mendapat teguran dari warga. Jadi mereka ingin kelihatan ada ustadz yang pro kebebasan untuk bermaksiat, untuk menandingi ustadz seperti Mustafa. Gerombolan hitam ingin mendelegitimasi seruan kebenaran Mustafa melalui ustadz-ustadz lain, namun agaknya mereka telah gagal karena tak ada ustadz yang berhasil dibeli.
^_^
Kini barisan puluhan orang pemabuk dan penjudi mengepung Balai Desa dan mulai mengancam untuk membakarnya. Jumlah aparat desa tidak seimbang dengan jumlah gerombolan hitam, sehingga mereka tidak bisa mencegah. Batu-batu besar mulai dilemparkan. Pintu mulai ditendang-tendang hendak di dobrak.
Terjadilah bentrokan yang berlangsung tidak begitu lama karena jumlah penduduk jauh lebih besar dari gerombolan hitam. Dedengkot dan para pengikut gerombolan hitam menyerah tanpa syarat.
Para pesakitan itu akan diserahkan pada aparat dalam waktu dekat. Mereka juga diberi pilihan untuk meninggalkan perbuatan tercela atau meninggalkan kampung halaman untuk selama-lamanya. Tidak ada kata toleransi untuk para pemabuk, penjudi dan pezina di desa yang dipimpin Mustafa (undil-2010).
0 comments:
¿Te animas a decir algo?