Do I Faking ?
Ketika Adik Datang
Apa yang sangat Shinichi Kudo senangi kalo adiknya datang ke Bandung adalah kamarnya jadi bersih dan rapi, masih ditambah wangi. Udah gitu barang-barang tua yang menumpuk seperti koran-koran bekas, botol-botol minuman dan kardus-kardus bekas barang elektronik langsung hengkang karena dibuang. Lahirlah sebuah kamar baru yang terlihat luas dan nyaman.
Jangan kira adiknya yang membersihkan kamar. Shinichi-lah yang langsung turun gunung untuk menyulap kamarnya menjadi bersih & rapi. Karena dia nggak mau kamarnya terlihat berantakan. Malu dong! Bisa-bisa beritanya menyebar sampai ke rumah dan jadi bahan olok-olok. Sorry ya!. Shinichi nggak mau hal itu terjadi. Anehnya terbersit sesuatu yang mengganjal di hati Shinichi. Dirinya merasa sedang berpura-pura menjadi seorang perapi!
Dengan Konsultan
Setelah tahu konsultan akan datang hari selasa. Pada hari senin pagi Shinichi membereskan meja besar tempat mengerjakan dokumen. “Akan kubuat meja besar ini bersih dan semua lemari arsip tertata rapi” kata Shinichi dalam hati. Hari itu juga semua dokumen yang berada di meja besar telah kembali ke tempatnya masing-masing. Bantex-bantex di lemari arsip yang letaknya miring dirapikan dan yang salah penempatan dikembalikan ke tempat semula. Bantex-bantex yang belum diberi label diberi label sesuai isinya. Kertas-kertas yang tidak terpakai dikirim ke incinerator untuk dibakar. Jadilah lemari dan meja besar rapi jali dan siap menantang konsultan untuk menilai performance filling dokumen.
Di Sebuah Seminar
Ketika seminar internasional tentang perkembangan terbaru teknologi farmasi--- menginjak jam kelima --- rasa bosan benar-benar telah menguasai Shinichi. Sebenarnya dia lebih suka membaca topik-topik tersebut daripada harus mendengarkan para panelis menerangkan satu-persatu topik seminar yang akan memakan waktu lama. Hanya rasa bosanlah yang membuat matanya berat. Kebosanan perlahan namun pasti membuat hawa kantuk menyerang Shinichi dengan dahsyatnya. Posisi duduknya perlahan-lahan menjadi semakin maju dan punggungnya perlahan-lahan turun untuk menyandar penuh di kursi yang empuk. Berbekal perut penuh setelah break makan siang, dan udara dingin di dalam ruangan. Apalagi yang lebih indah selain tidur siang...!.
Malang tak dapat ditolak dan untung tak dapat diraih. Menjelang ekspedisi Shinichi ke alam mimpi--- dari arah depan tampak dua orang kameramen yang bertugas meliput acara seminar--- datang sambil menyorotkan lampu yang terang benderang. Sorot lampu kamera bergerak perlahan-lahan menyapu kursi-kursi mulai dari deretan depan menuju ke belakang ke arah deretan kursi Shinichi.
Insting Shinichi-lah yang membuatnya langsung menegakkan kembali punggungnya, merapikan rambutnya, meneguk akua yang tersedia di meja untuk membuat tubuhnya segar dan berusaha keras pasang wajah cerah. Dia nggak ingin banget dirinya diabadikan kamera dalam kondisi menyedihkan--- terkantuk-kantuk setengah tidur dalam seminar. Video hasil shooting hari itu kemungkinan besar akan di putar di kantor atau bahkan disiarkan di televisi. Nggak mungkinlah bila dirinya rela dijadikan contoh buruk perilaku karyawan pada sebuah seminar internasional..!.
Bersih-bersih Kulkas
“Kok segala macam dimasukin kulkas sih” kata Shinichi pada adiknya saat mudik ke rumahnya di Jogja. Mulai dari bubur kacang hijau sisa kemarin, sepertiga gelas juice alpukat dua hari yang lalu, sambal bekas makan bakso, kardus susu cair yang sudah dibuka, sayuran hijau yang udah mulai berubah coklat, apel yang udah diiris separuh, kotak es krim yang tinggal dua-tiga sendok lagi sampai ke pepaya yang udah mulai mengkerut --- semua berparade di dalam kulkas. Kulkas telah berubah menjadi tempat menyimpan makanan yang tidak akan dimakan lagi. Bila untuk dapur ada istilah dapur bersih, mungkin kulkas itu layak disebut tempat sampah bersih.
Tangan-tangan Shinichi dengan cekatan memindahkan isi kulkas yang kira-kira sudah tidak akan dimakan lagi --- ke dalam kantong plastik. Setelah itu diambilnya lap bersih dan mulailah digosok bagian dalam kulkas untuk menghilangkan noda-noda makanan yang menempel di dindingnya.
Sim salabim! Dalam waktu satu jam kulkas telah berubah menjadi bersih dan isinya tertata rapi. Shinichi tersenyum puas melihat hasil kerjanya tampak begitu nyata. Tiba-tiba dia teringat lemari tempat menyimpan perbekalan di kamarnya di Bandung. Lemari tersebut masih berisi makanan kering sisa tahun kemarin, mie instant yang hampir kadaluarsa dan sachet-sachet minuman bubuk yang nggak bakalan diminumnya karena “salah beli”. Terbersit dalam benaknya, apakah dirinya sedang berpura-pura menjadi seorang pecandu kebersihan ?
^_^
Hiromi : Antara Kuda Perang dan Kuda Beban
Menurut Hiromi apa yang terjadi pada Shinichi adalah pertentangan antara kecenderungan untuk menuju Shinichi yang maksimal melawan kecenderungan untuk jatuh menjadi Shinichi minimalis. Keberadaan Shinichi pada fase maksimalis masih naik turun belum stabil.
Hiromi mengandaikan bila Shinichi adalah seekor peranakan kuda perang. Tidak dengan sendirinya dia akan menjadi kuda perang yang gagah perkasa di medan tempur. Bisa saja dia hanya akan menjadi kuda penarik beban karena kurangnya motivasi untuk bertindak sebagai kuda perang. Seekor kuda perang harus giat berlatih, tahan terpaan panas maupun hujan, tidak cengeng saat terkena senjata lawan dan harus mau berlari kencang! Sebuah kualitas yang menuntut komitmen dan pengorbanan luar biasa yang tidak sembarang peranakan kuda perang mampu melakukannya.
Hiromi menganggap Shinichi masih memerlukan faktor luar untuk menjadi dirinya yang maksimalis. Idealnya dia berusaha untuk perlahan-lahan memindahkan faktor luar itu menjadi faktor dalam yang berbentuk motivasi untuk menjadi maksimalis. Motivasi untuk menuju kesempurnaan sebagai manusia. Bukan menuruti nafsu kekanak-kanakan yang ingin enaknya saja. Memang jauh lebih mudah menjadi Shinichi dengan meja kerja dipenuhi tumpukan dokumen daripada menjadi Shinichi yang harus mendisiplinkan diri untuk menjaga meja kerjanya selalu rapi dan terorganisasi.
Walaupun begitu perubahan menjadi lebih rapi karena faktor kedatangan konsultan masih lebih baik daripada Shinichi cuek bebek tetap membiarkan mejanya bertimbun dokumen. Alih-alih menganggap dirinya sedang berpura-pura, Hiromi menyarankan Shinichi untuk menganggapnya sebagai secercah harapan untuk menjadi lebih baik.
^_^
Maruko : Fase abu-abu
Maruko mengakui kadang-kadang juga melakukan apa yang disebut Shinichi dengan Faking. Misalnya Maruko selalu membawa mobilnya ke tempat pencucian sebelum memasukkan ke bengkel karena malu pada para montir bila kondisi mobil kotor. Menurut Maruko perilaku itu berada pada fase abu-abu. Sebuah fase peralihan menuju perilaku yang lebih baik. Seandainya Shinichi mampu mempertahankan ber-faking ria selama beberapa bulan niscaya dirinya akan sukses melewati fase abu-abu menuju fase putih. Hanya saja perlu kemauan keras untuk berhasil melewati fase abu-abu; kecuali ada faktor eksternal yang sangat kuat.
Maruko menceritakan salah satu keberhasilannya melewati fase abu-abu karena pengaruh faktor eksternal yang sangat kuat. Yaitu saat dirinya berhasil menghilangkan kebiasaan santai dan berlambat-lambat kerja setelah bel pulang berbunyi. Selepas pukul 4 sore biasanya Maruko akan melambatkan tempo kerjanya. Sebentar-sebentar membuka-buka website yang menarik. Mulai dari situs-situs resep masakan sampai situs-situs tentang penjelajahan dasar samudera.
Namun kepindahan sementara General Manager menjadi satu ruangan dengan Maruko--- karena kantor GM sedang diperbaiki --- membuat Maruko tak enak hati untuk main internet. Akibatnya dia bekerja seperti biasa walaupun selepas jam keja.
Ternyata jam-jam itu sangat efektif untuk menyelesaikan pekerjaan. Karena selepas jam kerja segala macam interupsi seperti telepon, permintaan atasan maupun rekan kerja dan urusan warna-warni dengan departemen-departemen lain telah jauh berkurang. Alhasil setelah General Manager kembali ke kantornya semula, perilaku Maruko untuk bekerja seperti biasa selepas jam kerja masih tetap berlangsung. Karena dia memiliki sebuah motivasi kuat, yaitu pekerjaannya selesai dengan kecepatan mengagumkan ( makmur-14 bandung)
Ketika Adik Datang
Apa yang sangat Shinichi Kudo senangi kalo adiknya datang ke Bandung adalah kamarnya jadi bersih dan rapi, masih ditambah wangi. Udah gitu barang-barang tua yang menumpuk seperti koran-koran bekas, botol-botol minuman dan kardus-kardus bekas barang elektronik langsung hengkang karena dibuang. Lahirlah sebuah kamar baru yang terlihat luas dan nyaman.
Jangan kira adiknya yang membersihkan kamar. Shinichi-lah yang langsung turun gunung untuk menyulap kamarnya menjadi bersih & rapi. Karena dia nggak mau kamarnya terlihat berantakan. Malu dong! Bisa-bisa beritanya menyebar sampai ke rumah dan jadi bahan olok-olok. Sorry ya!. Shinichi nggak mau hal itu terjadi. Anehnya terbersit sesuatu yang mengganjal di hati Shinichi. Dirinya merasa sedang berpura-pura menjadi seorang perapi!
Dengan Konsultan
Setelah tahu konsultan akan datang hari selasa. Pada hari senin pagi Shinichi membereskan meja besar tempat mengerjakan dokumen. “Akan kubuat meja besar ini bersih dan semua lemari arsip tertata rapi” kata Shinichi dalam hati. Hari itu juga semua dokumen yang berada di meja besar telah kembali ke tempatnya masing-masing. Bantex-bantex di lemari arsip yang letaknya miring dirapikan dan yang salah penempatan dikembalikan ke tempat semula. Bantex-bantex yang belum diberi label diberi label sesuai isinya. Kertas-kertas yang tidak terpakai dikirim ke incinerator untuk dibakar. Jadilah lemari dan meja besar rapi jali dan siap menantang konsultan untuk menilai performance filling dokumen.
Di Sebuah Seminar
Ketika seminar internasional tentang perkembangan terbaru teknologi farmasi--- menginjak jam kelima --- rasa bosan benar-benar telah menguasai Shinichi. Sebenarnya dia lebih suka membaca topik-topik tersebut daripada harus mendengarkan para panelis menerangkan satu-persatu topik seminar yang akan memakan waktu lama. Hanya rasa bosanlah yang membuat matanya berat. Kebosanan perlahan namun pasti membuat hawa kantuk menyerang Shinichi dengan dahsyatnya. Posisi duduknya perlahan-lahan menjadi semakin maju dan punggungnya perlahan-lahan turun untuk menyandar penuh di kursi yang empuk. Berbekal perut penuh setelah break makan siang, dan udara dingin di dalam ruangan. Apalagi yang lebih indah selain tidur siang...!.
Malang tak dapat ditolak dan untung tak dapat diraih. Menjelang ekspedisi Shinichi ke alam mimpi--- dari arah depan tampak dua orang kameramen yang bertugas meliput acara seminar--- datang sambil menyorotkan lampu yang terang benderang. Sorot lampu kamera bergerak perlahan-lahan menyapu kursi-kursi mulai dari deretan depan menuju ke belakang ke arah deretan kursi Shinichi.
Insting Shinichi-lah yang membuatnya langsung menegakkan kembali punggungnya, merapikan rambutnya, meneguk akua yang tersedia di meja untuk membuat tubuhnya segar dan berusaha keras pasang wajah cerah. Dia nggak ingin banget dirinya diabadikan kamera dalam kondisi menyedihkan--- terkantuk-kantuk setengah tidur dalam seminar. Video hasil shooting hari itu kemungkinan besar akan di putar di kantor atau bahkan disiarkan di televisi. Nggak mungkinlah bila dirinya rela dijadikan contoh buruk perilaku karyawan pada sebuah seminar internasional..!.
Bersih-bersih Kulkas
“Kok segala macam dimasukin kulkas sih” kata Shinichi pada adiknya saat mudik ke rumahnya di Jogja. Mulai dari bubur kacang hijau sisa kemarin, sepertiga gelas juice alpukat dua hari yang lalu, sambal bekas makan bakso, kardus susu cair yang sudah dibuka, sayuran hijau yang udah mulai berubah coklat, apel yang udah diiris separuh, kotak es krim yang tinggal dua-tiga sendok lagi sampai ke pepaya yang udah mulai mengkerut --- semua berparade di dalam kulkas. Kulkas telah berubah menjadi tempat menyimpan makanan yang tidak akan dimakan lagi. Bila untuk dapur ada istilah dapur bersih, mungkin kulkas itu layak disebut tempat sampah bersih.
Tangan-tangan Shinichi dengan cekatan memindahkan isi kulkas yang kira-kira sudah tidak akan dimakan lagi --- ke dalam kantong plastik. Setelah itu diambilnya lap bersih dan mulailah digosok bagian dalam kulkas untuk menghilangkan noda-noda makanan yang menempel di dindingnya.
Sim salabim! Dalam waktu satu jam kulkas telah berubah menjadi bersih dan isinya tertata rapi. Shinichi tersenyum puas melihat hasil kerjanya tampak begitu nyata. Tiba-tiba dia teringat lemari tempat menyimpan perbekalan di kamarnya di Bandung. Lemari tersebut masih berisi makanan kering sisa tahun kemarin, mie instant yang hampir kadaluarsa dan sachet-sachet minuman bubuk yang nggak bakalan diminumnya karena “salah beli”. Terbersit dalam benaknya, apakah dirinya sedang berpura-pura menjadi seorang pecandu kebersihan ?
^_^
Hiromi : Antara Kuda Perang dan Kuda Beban
Menurut Hiromi apa yang terjadi pada Shinichi adalah pertentangan antara kecenderungan untuk menuju Shinichi yang maksimal melawan kecenderungan untuk jatuh menjadi Shinichi minimalis. Keberadaan Shinichi pada fase maksimalis masih naik turun belum stabil.
Hiromi mengandaikan bila Shinichi adalah seekor peranakan kuda perang. Tidak dengan sendirinya dia akan menjadi kuda perang yang gagah perkasa di medan tempur. Bisa saja dia hanya akan menjadi kuda penarik beban karena kurangnya motivasi untuk bertindak sebagai kuda perang. Seekor kuda perang harus giat berlatih, tahan terpaan panas maupun hujan, tidak cengeng saat terkena senjata lawan dan harus mau berlari kencang! Sebuah kualitas yang menuntut komitmen dan pengorbanan luar biasa yang tidak sembarang peranakan kuda perang mampu melakukannya.
Hiromi menganggap Shinichi masih memerlukan faktor luar untuk menjadi dirinya yang maksimalis. Idealnya dia berusaha untuk perlahan-lahan memindahkan faktor luar itu menjadi faktor dalam yang berbentuk motivasi untuk menjadi maksimalis. Motivasi untuk menuju kesempurnaan sebagai manusia. Bukan menuruti nafsu kekanak-kanakan yang ingin enaknya saja. Memang jauh lebih mudah menjadi Shinichi dengan meja kerja dipenuhi tumpukan dokumen daripada menjadi Shinichi yang harus mendisiplinkan diri untuk menjaga meja kerjanya selalu rapi dan terorganisasi.
Walaupun begitu perubahan menjadi lebih rapi karena faktor kedatangan konsultan masih lebih baik daripada Shinichi cuek bebek tetap membiarkan mejanya bertimbun dokumen. Alih-alih menganggap dirinya sedang berpura-pura, Hiromi menyarankan Shinichi untuk menganggapnya sebagai secercah harapan untuk menjadi lebih baik.
^_^
Maruko : Fase abu-abu
Maruko mengakui kadang-kadang juga melakukan apa yang disebut Shinichi dengan Faking. Misalnya Maruko selalu membawa mobilnya ke tempat pencucian sebelum memasukkan ke bengkel karena malu pada para montir bila kondisi mobil kotor. Menurut Maruko perilaku itu berada pada fase abu-abu. Sebuah fase peralihan menuju perilaku yang lebih baik. Seandainya Shinichi mampu mempertahankan ber-faking ria selama beberapa bulan niscaya dirinya akan sukses melewati fase abu-abu menuju fase putih. Hanya saja perlu kemauan keras untuk berhasil melewati fase abu-abu; kecuali ada faktor eksternal yang sangat kuat.
Maruko menceritakan salah satu keberhasilannya melewati fase abu-abu karena pengaruh faktor eksternal yang sangat kuat. Yaitu saat dirinya berhasil menghilangkan kebiasaan santai dan berlambat-lambat kerja setelah bel pulang berbunyi. Selepas pukul 4 sore biasanya Maruko akan melambatkan tempo kerjanya. Sebentar-sebentar membuka-buka website yang menarik. Mulai dari situs-situs resep masakan sampai situs-situs tentang penjelajahan dasar samudera.
Namun kepindahan sementara General Manager menjadi satu ruangan dengan Maruko--- karena kantor GM sedang diperbaiki --- membuat Maruko tak enak hati untuk main internet. Akibatnya dia bekerja seperti biasa walaupun selepas jam keja.
Ternyata jam-jam itu sangat efektif untuk menyelesaikan pekerjaan. Karena selepas jam kerja segala macam interupsi seperti telepon, permintaan atasan maupun rekan kerja dan urusan warna-warni dengan departemen-departemen lain telah jauh berkurang. Alhasil setelah General Manager kembali ke kantornya semula, perilaku Maruko untuk bekerja seperti biasa selepas jam kerja masih tetap berlangsung. Karena dia memiliki sebuah motivasi kuat, yaitu pekerjaannya selesai dengan kecepatan mengagumkan ( makmur-14 bandung)
0 comments:
¿Te animas a decir algo?